MASA
KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KESHOGUNAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II
Dosen
Pengampu Mata Kuliah Dr.
Sumardi, M.Hum.
Kelas:
B
Kelompok 4
1) Hilda
Susanti 130210302020
2) Nofia
Ariani M.K 130210302021
3) Andi
Wahyudi 130210302028
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolongan-Nya makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini berjudul, “Masa Kemunduran Dan Keruntuhan Keshogunan”
yang di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II, Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember dengan dosen pengampu Mata Kuliah Dr.
Sumardi, M.Hum.
Tidak lupa disampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,
yaitu :
(1)
Bapak Dr. Sumardi,
M.Hum., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah Asia Timur I yang telah
membimbing penulis;
(2)
Teman-teman semua di Kelas B
Mata Kuliah Sejarah Asia Timur II di Universitas jember yang
telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Terakhir
penulis telah berusaha menyusun makalah ini
dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, jika masih ada kesalahan
baik dalam penulisan maupun isi mohon di ma’afkan dan sangat berterima kasih
seandainya saudara memberikan kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan
makalah berikutnya.
Jember, Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................. 2
BAB
2. PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Kerajaan-Kerajaan
dan Dinasti di China Utara……………………………...3
2.2 Kerajaan-Kerajaan
dan Dinasti China Selatan………………………………17
2.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti
Utara-Selatan…………..21
2.4 Perkembangan
Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Utara-Selatan……………22
2.5 Perkembangan
Seni Semasa Dinasti Utara-Selatan…………………………23
2.6 Ekonomi
dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Utara-Selatan……………...24
2.7 Bidang
Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Utara Selatan…………….26
2.8 Penjelajahan
dan Hubungan Luar Negeri yang Dilakukan Semasa Dinasti
Utara-Selatan………………………………………………………………..32
BAB
3. PENUTUP.............................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 33
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
1.1 Latar Belakang
Keshogunan Tokugawa didirikan pada awal abad ke-17.
Jepang diperintah oleh shogun yang berasal dari klan Tokugawa.
Kira-kira 180 tuan tanah yang disebut daimyo
menguasai domain feodal yang disebut han. Daimyo
tunduk kepada shogun yang kadang-kadang memanggil daimyo untuk meminta
hadiah, tapi daimyo tidak terkena pajak. Shogun menguasai para daimyo
dengan banyak cara, hanya shogun yang dapat menyetujui perkawinan mereka, dan
shogun dapat mencabut hak atas tanah feodal milik daimyo.
Pada tahun 1615, Tokugawa Ieyasu,
shogun pertama Tokugawa yang secara resmi sudah pensiun dari jabatannya,
bersama putranya pejabat shogun tituler Tokugawa Hidetada
mengeluarkan kode etik bangsawan. Berdasarkan kode etik tersebut, kaisar
diharuskan mengabdikan waktunya untuk ilmu dan seni. Para kaisar di bawah
keshogunan tampak sangat patuh dengan kode etik ini, mereka mempelajari buku
klasik Konfusianisme dan mengabdikan waktu menulis puisi dan kaligrafi. Mereka
hanya diajarkan dasar-dasar sejarah dan geografi Jepang serta Tiongkok. Shogun
tidak tidak meminta persetujuan atau nasihat dari kaisar untuk keputusan yang
diambilnya.
Kaisar-kaisar hampir-hampir tidak pernah meninggalkan kompleks istana Gosho di Kyoto, kecuali bila sudah pensiun atau
perlu berlindung di kuil ketika istana sedang kebakaran. Beberapa kaisar hidup
panjang umur hingga pensiun. Dari lima pendahulu Kaisar Meiji, hanya kakeknya
yang hidup hingga usia empat puluhan, dan meninggal dunia pada usia 46 tahun. Keluarga
kekaisaran menderita tingkat mortalitas anak yang sangat tinggi. Semua kakak
perempuan atau kakak laki-laki dari lima kaisar meninggal dunia sewaktu masih
kecil, dan hanya lima dari lima belas anak-anaknya yang mencapai usia dewasa.
Tidak lama setelah berkuasa pada awal abad ke-17, pejabat keshogunan
(biasa disebut bakufu) menghentikan semua perdagangan Jepang dengan
dunia Barat, dan melarang misionaris untuk datang ke Jepang. Hanya orang
Belanda yang diperbolehkan untuk terus berdagang dengan Jepang. Mereka memiliki
sebuah pos perdagangan di pulau Dejima, Nagasaki. Meskipun
demikian, kapal-kapal Amerika dan Eropa pada awal abad ke-19 makin sering
muncul di perairan sekitar Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana masa perkembangan kekuasaan keshogunan
?
1.2.2 Bagaimana masa kemunduran keshogunan ?
1.2.3 Bagaiman masa keruntuhan keshogunan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui masa perkembangan kekuasaan
keshogunan;
1.3.2 Untuk mengetahui masa kemunduran keshogunan;
1.3.3 Untuk mengetahui masa keruntuhan keshogunan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Masa Perkembangan
keshogunan
Dalam tahun 1192,
Minamoto-no-Yoritomo ditunjuk oleh Kaisar menjadi Shogun (Panglima Tertinggi
Tentara), dan membangu ke-Shogun-annya di Kamakura. Ke-Shogunan itu tidak lain
artinya daripada Pemerintahan yang berpusat pada kampemen Militer. Dalam
pemerintahan ini kaum Samurai diangkat sebagai polisi dan memungut pajak, dan
ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan.
A.
Periode
Kamakura (1192-1333)
1. Keshogunan Kamakura
Keshogunan
Kamakura (Kamakura Bakufu) adalah pemerintahan militer oleh samurai yang
didirikan Minamoto no Yoritomo di Kamakura. Pada jaman Kamakura (1185 - 1333)
lahir suatu kelas baru dalam masyarakat Jepang yaitu kelas militer (Biushl).
Kelahiran kelas militer ini adalah akibat timbulnya penjalinan kekuasaan antara
militer daerah dan kaum bangsawan pedesaan yang memanfaatkan kemunduran
pemerintah pusat dan kekacauan di dalam negeri untuk memperbesar kekuasaan
mereka. Lahirnya kelas militer ini kemudian diikuti oleh pembentukan
pemerintahan militer atau yang dikenal dengan Bakufu yang secara harafiah
disebut (pemerintahan di tenda) atau "Keshogunan". Sistem politik
yang disebut keshogunan (Bakufu) terus bertahan hingga Keshogunan Muromachi
(Muromachi Bakufu) dan Keshogunan Edo (Edo Bakufu).
Zaman
bakufu Kamakura menghasilkan kebudayaan tersendiri dengan menggabungkan
unsur-unsur kebudayaan Samurai yang baru bangkit pada kebudayaan istana. Dapat
dikatakan bahwa hal ini berarti kebangkitan kembali kebudayaan asli Jepang.
Yang paling menonjol dalam kebudayaan zaman ini adalah bangkitnya aliran-aliran
agama Buddha.Pembentukan bakufu ini sekaligus menandai berakhirnya awal jaman
pertengahan dan dimulainya jaman feodalisme di Jepang.
2. Perkembagan pada masa Keshogunan
Kamakura
a)
Industri dan Kebudayaan Pada Zaman Kamakura
Pada masa keshogunan kamakura industri mengalami kemajuan.
Karena dibukanya daerah-daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam
teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga
mengalami perberkembangan.Dalam bidang kesenian, masa ini merupakan zaman emas
seni pahat yang berupa patung keagamaan maupun patung manusia biasa. Dalam
bidang seni lukis, dihasilkan lukisan gulung yang bermutu, sedangkan dalam
bidang arsitektur terjadi pembangunan kuil dengan corak Sung yang di Jepang
dikenal sebagai tenjiko-yo dan karayo. Sedangkan, dalam bidang kesusastraan,
zaman ini ditandai dengan munculkan apa yang disebut “ Babat Ksatria” disamping
puisi dan prosa bangsawan tradisional.
b)
Keadaan Shogun Setelah Pemerintahan Yuritomo
Setelah
Yoritomo wafat jabatan shogun digantikan oleh putranya yoriie dan Sonetomo yang
menjabat secara bergantian. Namun sanetomo dibunuh oleh putra Yoriie, Kugyo dan
keturunan Minomoto berakhir setelah tiga generasi. Kujo Yoritsune saudara jauh
Yoritomo dari Kyoto dan diangkat menjadi shogun. Melihat kondisi Yoritsune yang
masih kanak-kanak maka ia hanya dijadikan boneka. Maka pemerintahan berada di
tangan mangkubumi. Yamg waktu itu depegang oleh Hojo Tokimasa, dan setelah
wafatnya Hojo Tokimasa jabatan mangkubumi dijabat oleh putranya Yoshitoki.
c)
Restorasi Kemmu
Pada masa
terjadinya pertikaian kaisar Godaigo dari garis keturunan Daikakuji Sungguh
menyadari praktek pemerintahan oleh kaisardam berusaha mengembalikan
pemerintahan ketangan kaisar. Kaisar bakufu berusaha memanfaatkan kesepatan
dari lembaga Bakufu yang mengalami kemunduran dan menunjukkan kekesalan
terhadap kediktatoran oleh para Shogun Hojo. Oleh sebab itu kaisar mengirim
tentara ke provinsi untuk mengumpulkan pasukan demi melancarkan serangan
terhadap Rokuhara Tandai, wakil bakufu resmi di Kyoto. Tetapi usaha itu gagal.
Perjuangan
dalam pengambilan kembali pemerintahan tidak seluruhnya gagal cita-cita kaisar
ini diteruskan oleh putra mahkotanya Morinaga, mengeluarkan perintah untuk
menghimpun para samurai dipropinsi untuk membantunya. Mereka mendapatkan
pemimpin yang terkenal yaitu Kusunoki massasige dari kawachi. Dan bangkit
menentang bakufu. Ashikaga Takauji, anggota keluarga Minomoto menghancurkan
rokuhara tandai, dan Nitta Yoshisada dari keluarga yang sama menyerang kamakura
dan mengalahkan Hojo.
B. Ke-shogunan Muromachi
Pada periode
Muromachi yang ditandai dengan peperangan-peperangan saudara yang memakan waktu
panjang , menyebabkan kelas prajurit atau kaum Samurai menjadi kelas masyarakat
yang paling berperanan dalam semua sektor kehidupan. Keadaan perang dengan kaum
pemeritahan militer, menambah pengalaman kaum samurai itu dalam berbagai
lapangan kehidupan. Perkembangan pengaruh dan kekuatan kaum samurai terutama
memuncak setelah perang sipil antara istana selatan dengan istana Utara. Kaum
Samurai itu mulai memasukan penemuan-penemuan dan pengalaman-pengalaman mereka
dalam kehidupan kebudayaan Aristokrat. Seperti telah dibicarakan pada periode
yang lalu , pengaruh sekte Budhha Zen memegang peranan penting dalam
mengembangkan kebudayaan kelas prajurit. Agama Budhha sekte Zen , mendapatkan
perlindungan Shogun Ashikaga dan kelas penguasa pada umumnya.
C. Keshogunan Tokugawa
1)
Pemerintahan Tokugawa dibawah Lesayu
Pada waktu
Shogun Tokugawa ketiga, yaitu cucu Lesayu yang bernama Lemitshu, landasan
bakufu lebih kokoh jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pemerintah samuurai
pusat didirikan untuk mengambil langkah untuk menjamin pengendalian para
daimyo, takanan terhadap istana serta pengawasan terhadap petani. Pengendalian
terhadap para daimyo memakan hampir seluruh tenaga lesayu, karena beberapa
diantaranya menjadi kawasan sejawatnya dibawah Hideyoshi sehingga menganggap
dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan lesayu sendiri.
Pada tahun
1600 kapal Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jepang di pelabuhan Bungo,
Kyushu. Lesayung memanggil dua awak kapal yaitu William Adams berkebangsaan
Inggris dan Jan Joosten berkebangsaan Belanda, ke Edo dan memperlakukan mereka secara
khusus dengan cara mengangkat mereka menjadi
penasehat untuk urusan luar negeri. Sejak itu Belanda mulai mengunjungi
Jepang secara teratur dan membangun kantor dagang di Hirado sebagai basis
perdangangna mereka dengan Jepang. Sebuah kapal Inggris juga memasuki pelabuhan
dan mendirikan kantor dagang tetapi mereka tidak bisa menyaingi bangsa Belanda
dan terpaka meninggalkan usaha itu.
2) Kebijakan Pemerintahan Shogun
Tokugawa
Kebijakan-kebijakan yang di tentukan
oleh Tokugawa Lesayu dalam memerintah Jepang diantaranya adalah:
·
Pengawasan Terhadap Daimyo
·
Pengawasan Terhadap Istana
·
Sistem shi-no-ko-sho
·
Penerapan Politik Isolasi (Sakoku)
·
Pembangunan Administrasi
Sipil
·
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Kesenian.
2.2 Masa Kemunduran
keshogunan
Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867
ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada
Kaisar". Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal "restorasi"
kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki
kekuasaan yang signifikan.
Tidak lama
kemudian pada Januari 1868, pecah Perang Boshin (Perang Tahun Naga) yang diawali dengan Pertempuran Toba-Fushimi. Dalam pertempuran itu, tentara Domain Choshu dan
tentara Domain Satsuma mengalahkan tentara mantan keshogunan. Kekalahan
tersebut memungkinkan Kaisar Meiji mencopot semua kekuasaan yang dimiliki
Yoshinobu, dan restorasi secara resmi dapat dimulai. Pada 3 Januari 1869,
Kaisar mengeluarkan deklarasi formal tentang pengembalian kekuasaan ke
tangannya:
Kaisar
Jepang mengumumkan kepada semua kepala negara dari negara-negara asing beserta
tundukan mereka bahwa izin telah diberikan kepada Shogun Tokugawa Yoshinobu
untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah sesuai dengan permintaannya sendiri.
Mulai saat ini kami akan melaksanakan kekuasaan tertinggi untuk urusan-urusan
dalam dan luar negeri dari negara ini. Maka dari itu, semua penyebutan Taikun dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat harus
diganti dengan perkataan Kaisar. Para pejabat sedang ditunjuk oleh kami
untuk melaksanakan urusan-urusan luar negeri.
Sejumlah petinggi keshogunan mengajak
tentaranya melarikan diri ke Hokkaido, dan mencoba mendirikan negara
merdeka bernama Republik Ezo. Namun tentara yang setia
kepada kekaisaran mengakhiri upaya mereka dalam Pertempuran Hakodate di
Hokkaido, Mei 1869. Kekalahan tentara mantan keshogunan yang dipimpin oleh Enomoto Takeaki dan Hijikata Toshizō menandai tamatnya Keshogunan Tokugawa dan
pemulihan sepenuhnya kekuasaan di tangan Kaisar.
Dengan
masuknya ekonomi uang keseluruh bangsa dan dengan semakin banyaknya tunturan
selera pakaian maka kekayaan juga semakin menumpuk dikalangan pedangang
sedangka bakufu berada dalam kesulitan dan para samurai serta petani tenggelam
dalam kemiskinan. Selama zaman Genroku bakufu bereusaha untuk membangun kembali
keuangannya dengan cara mencetak ulang mata uang, mentapkan pajak kemewahan
bagi pejabat kaya dan tindakan lain yang serupa tapi tidak berhasil.
Yoshimune,
shogun kedelapan mengeluarkan larangan keras terhadap kemewahan dan dekadensi.
Ia mendorong berkembangnya seni bela diri di kalangansamurai dan memeriintah
seluruh bangsa untuk hidup dalam keserhanaan. sebagai langkah positif untuk
membantu keuangan, ia berusaha mendorong pembukaan petanian baru dan
pertumbuhan industri namun hasilnya juga tidak memuaskan.
Dibawah
shogun kesepuluh Leharu, Tanuma Okitshugu mentri utama shigun memegang
pemerintahan yang hampir bersifat eksklusif. Pemerintahan mengambil sikap
laissez faire dan terjadi degenerasi. Kaum samurai menjadi dekaden dan korupsi
menjadi merajalela. Namun tanuma juga memiliki segi yang baik, sejauh ia
menggunakan modal usaha perdagangan untuk memperkuat rezimnya.
Dibaah
shogun kesebelas, Lenari, menteri utama Matshudaira Sadanobu menjalankan memperkuat
kebijaksanaan dengan memperkuat pemerintahan yang contohnya dari tindakan
Yoshimune. Ia mendorong tumbuhnya ilmu dan seni bela diri. Mamaksa untuk hidup
sederhana dan mengambil cara lain cukup ekstrim dan keras. Setelahia lenyap
dari pemerintahan kemalasan dan masa bodo kembali muncul. Sekitar masa Banka
dan Bunsei merupakan zaman perkembangan ahkir yang masuk dari kebudayaan Edo.
Kelonggaran sistem pemerintahan diperburuk lagi oleh bencana alam yang
berturut-turut serta kelaparan nasional yang terus terjadi.
Berbagai
usaha pemulihan tidak berhasil dan bakufu menjadi terpuruk dalam perubahan
sosial dan ekonomi. Para daimyo juga menemukan kesultan yang serupa. Beberapa
diantara mereka mengusahakan perbaikan dalam pemerintahan clan, mamaksa
pengendalian atas produksi serta penjualan produk penting dalam usaha mereka
untuk memulihkankeadaan keuangan clan. Beberapa clan yang kuat seperti Satsuna
dan Choshu berhasil dalam perbaikan itu.
Dengan bertambahnya kesulitan
keuangan, bakufu dan daimyo bertambah kerasa dalam usaha memungut pajak dari
petani yang mengaibtakan para petani menderitakemiskinan yang semakin parah.
Banyak diantara mereka yang melepas tanahnya dan menjadi buruh tani meskipun
banyak petani yang lain membuak toko minuman keras atau menjadi lintah darat.
Dengan cara ini mereka menjadi kaya. Petani miskin mulai membentuk kelonpok
unutk menuuntut haknya dengan cara paksaan atau memberontak, percobaan ini
menjadi sering terjadi.
2.3 Masa Runtuhnya Keshogunan
Ada dua faktor yang menyebabkan
runtuhnya keshogonan yang pertama aspek luar negeri dan yang kedua aspek dalam
negeri.
a.
Aspek Luar
Negeri
Selama kurang lebih 250 tahun Jepang
menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya
kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri.
Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat
melihat luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan
mencari sumber bahan baku yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat
mendesak untuk mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan Jepang. Bangsa barat
yang pertama datang ke Jepang adalah Rusia .
Pada tahun 1853 Amerika mengirimkan utusan yang
dipimpin oleh Commodore Matthew.C. Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk
Edo. Menurut Nurhayati (1987 ;35), Perry membawa surat resmi dari presiden
Amerika Serikat yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan Jepang
dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta :
1.
Perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami
kecelakaan di laut.
2.
Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika
untuk melakukan perbaikan kapal dan menambah perbekalan.
3.
Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan.
Setelah surat itu disampaikan, pemerintahan bakufu
meminta waktu satu tahun untuk mempertimbangkan hal tersebut. Setahun kemudian
Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa armada perangnya untuk memaksa
Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry tidak segan-segan
mengancam dengan kekerasan. Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing dan
mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati
Tenno dan usir kaum biadab (maksudnya orang-orang asing). Mereka menunjukkan
sikap yang anti terhadap bangsa asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang
mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa Barat.
Pada tanggal 31 Maret 1854 pemerintah Tokugawa
akhirnya menandatangani perjanjian dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah
kampung nelayan di Yokohama, lalu Amerika menempatkan Konsul Jendral yang
bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian akhirnya Jepang dibuka
setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang 250 tahun dan tidak lagi
merupakan sebuah negara terpencil dari masyarakat dunia.
b.
Aspek dalam Negeri
Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam
negeri semakin meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut
ditandatangani oleh pemerintahan shogun, terutama pihak kekaisaran karena
perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar. Penandatanganan perjanjian
ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili
oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang
adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi
politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan
agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu
Shinto dan Budhisme.
Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak
dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang
sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena
diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen
mereka. Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan
maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas
masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak.
Akibatnya kehidupan petani semakin
sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi
buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk
kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan
melawan pemerintah. Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah
semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu. Disamping bencana
alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa
menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun.
Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut,
pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk
melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan
terhadap rakyatnya.
Alasan ini
dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.
Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah
Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan
Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam tahun 1192,
Minamoto-no-Yoritomo ditunjuk oleh Kaisar menjadi Shogun (Panglima Tertinggi
Tentara), dan membangu ke-Shogun-annya di Kamakura. Ke-Shogunan itu tidak lain
artinya daripada Pemerintahan yang berpusat pada kampemen Militer. Dalam
pemerintahan ini kaum Samurai diangkat sebagai polisi dan memungut pajak, dan
ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan.
Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867
ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada
Kaisar". Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal "restorasi"
kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki
kekuasaan yang signifikan.
Ada dua faktor yang menyebabkan
runtuhnya keshogonan yang pertama aspek luar negeri dan yang kedua aspek dalam
negeri.
a.
Aspek Luar
Negeri
Selama kurang lebih 250 tahun Jepang
menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya
kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri.
b. Aspek dalam
Negeri
Sejak
terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena
rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh
pemerintahan shogun, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum
memperoleh izin dari kaisar. Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan
kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo
Tozama.
3.2 Saran
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu penyusunan makalah tentang Masa Kemunduran
dan kemunduran Keshogunan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri. 2014. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568 – 1945. Jember
Sakamoto, Taro. 1992. Jepang Dulu dan Sekarang, terjemahan oleh Sylvia Tiwon. Gajah Mada
University Press :
Yogyakarta.
Agung S, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur II. Yogyakarta.
https:// file.upi.edu/Direktori/Keshogunan Tokugawa _ saripedia.com.htm
https:// file./Restorasi Meiji - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.htm
MASA
KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KESHOGUNAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II
Dosen
Pengampu Mata Kuliah Dr.
Sumardi, M.Hum.
Kelas:
B
Kelompok 4
1) Hilda
Susanti 130210302020
2) Nofia
Ariani M.K 130210302021
3) Andi
Wahyudi 130210302028
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolongan-Nya makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini berjudul, “Masa Kemunduran Dan Keruntuhan Keshogunan”
yang di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II, Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember dengan dosen pengampu Mata Kuliah Dr.
Sumardi, M.Hum.
Tidak lupa disampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,
yaitu :
(1)
Bapak Dr. Sumardi,
M.Hum., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah Asia Timur I yang telah
membimbing penulis;
(2)
Teman-teman semua di Kelas B
Mata Kuliah Sejarah Asia Timur II di Universitas jember yang
telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Terakhir
penulis telah berusaha menyusun makalah ini
dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, jika masih ada kesalahan
baik dalam penulisan maupun isi mohon di ma’afkan dan sangat berterima kasih
seandainya saudara memberikan kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan
makalah berikutnya.
Jember, Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................. 2
BAB
2. PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Kerajaan-Kerajaan
dan Dinasti di China Utara……………………………...3
2.2 Kerajaan-Kerajaan
dan Dinasti China Selatan………………………………17
2.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti
Utara-Selatan…………..21
2.4 Perkembangan
Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Utara-Selatan……………22
2.5 Perkembangan
Seni Semasa Dinasti Utara-Selatan…………………………23
2.6 Ekonomi
dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Utara-Selatan……………...24
2.7 Bidang
Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Utara Selatan…………….26
2.8 Penjelajahan
dan Hubungan Luar Negeri yang Dilakukan Semasa Dinasti
Utara-Selatan………………………………………………………………..32
BAB
3. PENUTUP.............................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 33
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
1.1 Latar Belakang
Keshogunan Tokugawa didirikan pada awal abad ke-17.
Jepang diperintah oleh shogun yang berasal dari klan Tokugawa.
Kira-kira 180 tuan tanah yang disebut daimyo
menguasai domain feodal yang disebut han. Daimyo
tunduk kepada shogun yang kadang-kadang memanggil daimyo untuk meminta
hadiah, tapi daimyo tidak terkena pajak. Shogun menguasai para daimyo
dengan banyak cara, hanya shogun yang dapat menyetujui perkawinan mereka, dan
shogun dapat mencabut hak atas tanah feodal milik daimyo.
Pada tahun 1615, Tokugawa Ieyasu,
shogun pertama Tokugawa yang secara resmi sudah pensiun dari jabatannya,
bersama putranya pejabat shogun tituler Tokugawa Hidetada
mengeluarkan kode etik bangsawan. Berdasarkan kode etik tersebut, kaisar
diharuskan mengabdikan waktunya untuk ilmu dan seni. Para kaisar di bawah
keshogunan tampak sangat patuh dengan kode etik ini, mereka mempelajari buku
klasik Konfusianisme dan mengabdikan waktu menulis puisi dan kaligrafi. Mereka
hanya diajarkan dasar-dasar sejarah dan geografi Jepang serta Tiongkok. Shogun
tidak tidak meminta persetujuan atau nasihat dari kaisar untuk keputusan yang
diambilnya.
Kaisar-kaisar hampir-hampir tidak pernah meninggalkan kompleks istana Gosho di Kyoto, kecuali bila sudah pensiun atau
perlu berlindung di kuil ketika istana sedang kebakaran. Beberapa kaisar hidup
panjang umur hingga pensiun. Dari lima pendahulu Kaisar Meiji, hanya kakeknya
yang hidup hingga usia empat puluhan, dan meninggal dunia pada usia 46 tahun. Keluarga
kekaisaran menderita tingkat mortalitas anak yang sangat tinggi. Semua kakak
perempuan atau kakak laki-laki dari lima kaisar meninggal dunia sewaktu masih
kecil, dan hanya lima dari lima belas anak-anaknya yang mencapai usia dewasa.
Tidak lama setelah berkuasa pada awal abad ke-17, pejabat keshogunan
(biasa disebut bakufu) menghentikan semua perdagangan Jepang dengan
dunia Barat, dan melarang misionaris untuk datang ke Jepang. Hanya orang
Belanda yang diperbolehkan untuk terus berdagang dengan Jepang. Mereka memiliki
sebuah pos perdagangan di pulau Dejima, Nagasaki. Meskipun
demikian, kapal-kapal Amerika dan Eropa pada awal abad ke-19 makin sering
muncul di perairan sekitar Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana masa perkembangan kekuasaan keshogunan
?
1.2.2 Bagaimana masa kemunduran keshogunan ?
1.2.3 Bagaiman masa keruntuhan keshogunan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui masa perkembangan kekuasaan
keshogunan;
1.3.2 Untuk mengetahui masa kemunduran keshogunan;
1.3.3 Untuk mengetahui masa keruntuhan keshogunan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Masa Perkembangan
keshogunan
Dalam tahun 1192,
Minamoto-no-Yoritomo ditunjuk oleh Kaisar menjadi Shogun (Panglima Tertinggi
Tentara), dan membangu ke-Shogun-annya di Kamakura. Ke-Shogunan itu tidak lain
artinya daripada Pemerintahan yang berpusat pada kampemen Militer. Dalam
pemerintahan ini kaum Samurai diangkat sebagai polisi dan memungut pajak, dan
ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan.
A.
Periode
Kamakura (1192-1333)
1. Keshogunan Kamakura
Keshogunan
Kamakura (Kamakura Bakufu) adalah pemerintahan militer oleh samurai yang
didirikan Minamoto no Yoritomo di Kamakura. Pada jaman Kamakura (1185 - 1333)
lahir suatu kelas baru dalam masyarakat Jepang yaitu kelas militer (Biushl).
Kelahiran kelas militer ini adalah akibat timbulnya penjalinan kekuasaan antara
militer daerah dan kaum bangsawan pedesaan yang memanfaatkan kemunduran
pemerintah pusat dan kekacauan di dalam negeri untuk memperbesar kekuasaan
mereka. Lahirnya kelas militer ini kemudian diikuti oleh pembentukan
pemerintahan militer atau yang dikenal dengan Bakufu yang secara harafiah
disebut (pemerintahan di tenda) atau "Keshogunan". Sistem politik
yang disebut keshogunan (Bakufu) terus bertahan hingga Keshogunan Muromachi
(Muromachi Bakufu) dan Keshogunan Edo (Edo Bakufu).
Zaman
bakufu Kamakura menghasilkan kebudayaan tersendiri dengan menggabungkan
unsur-unsur kebudayaan Samurai yang baru bangkit pada kebudayaan istana. Dapat
dikatakan bahwa hal ini berarti kebangkitan kembali kebudayaan asli Jepang.
Yang paling menonjol dalam kebudayaan zaman ini adalah bangkitnya aliran-aliran
agama Buddha.Pembentukan bakufu ini sekaligus menandai berakhirnya awal jaman
pertengahan dan dimulainya jaman feodalisme di Jepang.
2. Perkembagan pada masa Keshogunan
Kamakura
a)
Industri dan Kebudayaan Pada Zaman Kamakura
Pada masa keshogunan kamakura industri mengalami kemajuan.
Karena dibukanya daerah-daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam
teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga
mengalami perberkembangan.Dalam bidang kesenian, masa ini merupakan zaman emas
seni pahat yang berupa patung keagamaan maupun patung manusia biasa. Dalam
bidang seni lukis, dihasilkan lukisan gulung yang bermutu, sedangkan dalam
bidang arsitektur terjadi pembangunan kuil dengan corak Sung yang di Jepang
dikenal sebagai tenjiko-yo dan karayo. Sedangkan, dalam bidang kesusastraan,
zaman ini ditandai dengan munculkan apa yang disebut “ Babat Ksatria” disamping
puisi dan prosa bangsawan tradisional.
b)
Keadaan Shogun Setelah Pemerintahan Yuritomo
Setelah
Yoritomo wafat jabatan shogun digantikan oleh putranya yoriie dan Sonetomo yang
menjabat secara bergantian. Namun sanetomo dibunuh oleh putra Yoriie, Kugyo dan
keturunan Minomoto berakhir setelah tiga generasi. Kujo Yoritsune saudara jauh
Yoritomo dari Kyoto dan diangkat menjadi shogun. Melihat kondisi Yoritsune yang
masih kanak-kanak maka ia hanya dijadikan boneka. Maka pemerintahan berada di
tangan mangkubumi. Yamg waktu itu depegang oleh Hojo Tokimasa, dan setelah
wafatnya Hojo Tokimasa jabatan mangkubumi dijabat oleh putranya Yoshitoki.
c)
Restorasi Kemmu
Pada masa
terjadinya pertikaian kaisar Godaigo dari garis keturunan Daikakuji Sungguh
menyadari praktek pemerintahan oleh kaisardam berusaha mengembalikan
pemerintahan ketangan kaisar. Kaisar bakufu berusaha memanfaatkan kesepatan
dari lembaga Bakufu yang mengalami kemunduran dan menunjukkan kekesalan
terhadap kediktatoran oleh para Shogun Hojo. Oleh sebab itu kaisar mengirim
tentara ke provinsi untuk mengumpulkan pasukan demi melancarkan serangan
terhadap Rokuhara Tandai, wakil bakufu resmi di Kyoto. Tetapi usaha itu gagal.
Perjuangan
dalam pengambilan kembali pemerintahan tidak seluruhnya gagal cita-cita kaisar
ini diteruskan oleh putra mahkotanya Morinaga, mengeluarkan perintah untuk
menghimpun para samurai dipropinsi untuk membantunya. Mereka mendapatkan
pemimpin yang terkenal yaitu Kusunoki massasige dari kawachi. Dan bangkit
menentang bakufu. Ashikaga Takauji, anggota keluarga Minomoto menghancurkan
rokuhara tandai, dan Nitta Yoshisada dari keluarga yang sama menyerang kamakura
dan mengalahkan Hojo.
B. Ke-shogunan Muromachi
Pada periode
Muromachi yang ditandai dengan peperangan-peperangan saudara yang memakan waktu
panjang , menyebabkan kelas prajurit atau kaum Samurai menjadi kelas masyarakat
yang paling berperanan dalam semua sektor kehidupan. Keadaan perang dengan kaum
pemeritahan militer, menambah pengalaman kaum samurai itu dalam berbagai
lapangan kehidupan. Perkembangan pengaruh dan kekuatan kaum samurai terutama
memuncak setelah perang sipil antara istana selatan dengan istana Utara. Kaum
Samurai itu mulai memasukan penemuan-penemuan dan pengalaman-pengalaman mereka
dalam kehidupan kebudayaan Aristokrat. Seperti telah dibicarakan pada periode
yang lalu , pengaruh sekte Budhha Zen memegang peranan penting dalam
mengembangkan kebudayaan kelas prajurit. Agama Budhha sekte Zen , mendapatkan
perlindungan Shogun Ashikaga dan kelas penguasa pada umumnya.
C. Keshogunan Tokugawa
1)
Pemerintahan Tokugawa dibawah Lesayu
Pada waktu
Shogun Tokugawa ketiga, yaitu cucu Lesayu yang bernama Lemitshu, landasan
bakufu lebih kokoh jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pemerintah samuurai
pusat didirikan untuk mengambil langkah untuk menjamin pengendalian para
daimyo, takanan terhadap istana serta pengawasan terhadap petani. Pengendalian
terhadap para daimyo memakan hampir seluruh tenaga lesayu, karena beberapa
diantaranya menjadi kawasan sejawatnya dibawah Hideyoshi sehingga menganggap
dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan lesayu sendiri.
Pada tahun
1600 kapal Belanda untuk pertama kalinya tiba di Jepang di pelabuhan Bungo,
Kyushu. Lesayung memanggil dua awak kapal yaitu William Adams berkebangsaan
Inggris dan Jan Joosten berkebangsaan Belanda, ke Edo dan memperlakukan mereka secara
khusus dengan cara mengangkat mereka menjadi
penasehat untuk urusan luar negeri. Sejak itu Belanda mulai mengunjungi
Jepang secara teratur dan membangun kantor dagang di Hirado sebagai basis
perdangangna mereka dengan Jepang. Sebuah kapal Inggris juga memasuki pelabuhan
dan mendirikan kantor dagang tetapi mereka tidak bisa menyaingi bangsa Belanda
dan terpaka meninggalkan usaha itu.
2) Kebijakan Pemerintahan Shogun
Tokugawa
Kebijakan-kebijakan yang di tentukan
oleh Tokugawa Lesayu dalam memerintah Jepang diantaranya adalah:
·
Pengawasan Terhadap Daimyo
·
Pengawasan Terhadap Istana
·
Sistem shi-no-ko-sho
·
Penerapan Politik Isolasi (Sakoku)
·
Pembangunan Administrasi
Sipil
·
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Kesenian.
2.2 Masa Kemunduran
keshogunan
Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867
ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada
Kaisar". Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal "restorasi"
kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki
kekuasaan yang signifikan.
Tidak lama
kemudian pada Januari 1868, pecah Perang Boshin (Perang Tahun Naga) yang diawali dengan Pertempuran Toba-Fushimi. Dalam pertempuran itu, tentara Domain Choshu dan
tentara Domain Satsuma mengalahkan tentara mantan keshogunan. Kekalahan
tersebut memungkinkan Kaisar Meiji mencopot semua kekuasaan yang dimiliki
Yoshinobu, dan restorasi secara resmi dapat dimulai. Pada 3 Januari 1869,
Kaisar mengeluarkan deklarasi formal tentang pengembalian kekuasaan ke
tangannya:
Kaisar
Jepang mengumumkan kepada semua kepala negara dari negara-negara asing beserta
tundukan mereka bahwa izin telah diberikan kepada Shogun Tokugawa Yoshinobu
untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah sesuai dengan permintaannya sendiri.
Mulai saat ini kami akan melaksanakan kekuasaan tertinggi untuk urusan-urusan
dalam dan luar negeri dari negara ini. Maka dari itu, semua penyebutan Taikun dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat harus
diganti dengan perkataan Kaisar. Para pejabat sedang ditunjuk oleh kami
untuk melaksanakan urusan-urusan luar negeri.
Sejumlah petinggi keshogunan mengajak
tentaranya melarikan diri ke Hokkaido, dan mencoba mendirikan negara
merdeka bernama Republik Ezo. Namun tentara yang setia
kepada kekaisaran mengakhiri upaya mereka dalam Pertempuran Hakodate di
Hokkaido, Mei 1869. Kekalahan tentara mantan keshogunan yang dipimpin oleh Enomoto Takeaki dan Hijikata Toshizō menandai tamatnya Keshogunan Tokugawa dan
pemulihan sepenuhnya kekuasaan di tangan Kaisar.
Dengan
masuknya ekonomi uang keseluruh bangsa dan dengan semakin banyaknya tunturan
selera pakaian maka kekayaan juga semakin menumpuk dikalangan pedangang
sedangka bakufu berada dalam kesulitan dan para samurai serta petani tenggelam
dalam kemiskinan. Selama zaman Genroku bakufu bereusaha untuk membangun kembali
keuangannya dengan cara mencetak ulang mata uang, mentapkan pajak kemewahan
bagi pejabat kaya dan tindakan lain yang serupa tapi tidak berhasil.
Yoshimune,
shogun kedelapan mengeluarkan larangan keras terhadap kemewahan dan dekadensi.
Ia mendorong berkembangnya seni bela diri di kalangansamurai dan memeriintah
seluruh bangsa untuk hidup dalam keserhanaan. sebagai langkah positif untuk
membantu keuangan, ia berusaha mendorong pembukaan petanian baru dan
pertumbuhan industri namun hasilnya juga tidak memuaskan.
Dibawah
shogun kesepuluh Leharu, Tanuma Okitshugu mentri utama shigun memegang
pemerintahan yang hampir bersifat eksklusif. Pemerintahan mengambil sikap
laissez faire dan terjadi degenerasi. Kaum samurai menjadi dekaden dan korupsi
menjadi merajalela. Namun tanuma juga memiliki segi yang baik, sejauh ia
menggunakan modal usaha perdagangan untuk memperkuat rezimnya.
Dibaah
shogun kesebelas, Lenari, menteri utama Matshudaira Sadanobu menjalankan memperkuat
kebijaksanaan dengan memperkuat pemerintahan yang contohnya dari tindakan
Yoshimune. Ia mendorong tumbuhnya ilmu dan seni bela diri. Mamaksa untuk hidup
sederhana dan mengambil cara lain cukup ekstrim dan keras. Setelahia lenyap
dari pemerintahan kemalasan dan masa bodo kembali muncul. Sekitar masa Banka
dan Bunsei merupakan zaman perkembangan ahkir yang masuk dari kebudayaan Edo.
Kelonggaran sistem pemerintahan diperburuk lagi oleh bencana alam yang
berturut-turut serta kelaparan nasional yang terus terjadi.
Berbagai
usaha pemulihan tidak berhasil dan bakufu menjadi terpuruk dalam perubahan
sosial dan ekonomi. Para daimyo juga menemukan kesultan yang serupa. Beberapa
diantara mereka mengusahakan perbaikan dalam pemerintahan clan, mamaksa
pengendalian atas produksi serta penjualan produk penting dalam usaha mereka
untuk memulihkankeadaan keuangan clan. Beberapa clan yang kuat seperti Satsuna
dan Choshu berhasil dalam perbaikan itu.
Dengan bertambahnya kesulitan
keuangan, bakufu dan daimyo bertambah kerasa dalam usaha memungut pajak dari
petani yang mengaibtakan para petani menderitakemiskinan yang semakin parah.
Banyak diantara mereka yang melepas tanahnya dan menjadi buruh tani meskipun
banyak petani yang lain membuak toko minuman keras atau menjadi lintah darat.
Dengan cara ini mereka menjadi kaya. Petani miskin mulai membentuk kelonpok
unutk menuuntut haknya dengan cara paksaan atau memberontak, percobaan ini
menjadi sering terjadi.
2.3 Masa Runtuhnya Keshogunan
Ada dua faktor yang menyebabkan
runtuhnya keshogonan yang pertama aspek luar negeri dan yang kedua aspek dalam
negeri.
a.
Aspek Luar
Negeri
Selama kurang lebih 250 tahun Jepang
menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya
kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri.
Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat
melihat luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan
mencari sumber bahan baku yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat
mendesak untuk mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan Jepang. Bangsa barat
yang pertama datang ke Jepang adalah Rusia .
Pada tahun 1853 Amerika mengirimkan utusan yang
dipimpin oleh Commodore Matthew.C. Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk
Edo. Menurut Nurhayati (1987 ;35), Perry membawa surat resmi dari presiden
Amerika Serikat yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan Jepang
dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta :
1.
Perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami
kecelakaan di laut.
2.
Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika
untuk melakukan perbaikan kapal dan menambah perbekalan.
3.
Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan.
Setelah surat itu disampaikan, pemerintahan bakufu
meminta waktu satu tahun untuk mempertimbangkan hal tersebut. Setahun kemudian
Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa armada perangnya untuk memaksa
Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika. Perry tidak segan-segan
mengancam dengan kekerasan. Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing dan
mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati
Tenno dan usir kaum biadab (maksudnya orang-orang asing). Mereka menunjukkan
sikap yang anti terhadap bangsa asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang
mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa Barat.
Pada tanggal 31 Maret 1854 pemerintah Tokugawa
akhirnya menandatangani perjanjian dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah
kampung nelayan di Yokohama, lalu Amerika menempatkan Konsul Jendral yang
bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian akhirnya Jepang dibuka
setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang 250 tahun dan tidak lagi
merupakan sebuah negara terpencil dari masyarakat dunia.
b.
Aspek dalam Negeri
Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam
negeri semakin meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut
ditandatangani oleh pemerintahan shogun, terutama pihak kekaisaran karena
perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar. Penandatanganan perjanjian
ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili
oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang
adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi
politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan
agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu
Shinto dan Budhisme.
Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak
dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang
sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena
diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen
mereka. Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan
maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas
masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak.
Akibatnya kehidupan petani semakin
sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi
buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk
kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan
melawan pemerintah. Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah
semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu. Disamping bencana
alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa
menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun.
Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut,
pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk
melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan
terhadap rakyatnya.
Alasan ini
dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.
Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah
Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan
Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam tahun 1192,
Minamoto-no-Yoritomo ditunjuk oleh Kaisar menjadi Shogun (Panglima Tertinggi
Tentara), dan membangu ke-Shogun-annya di Kamakura. Ke-Shogunan itu tidak lain
artinya daripada Pemerintahan yang berpusat pada kampemen Militer. Dalam
pemerintahan ini kaum Samurai diangkat sebagai polisi dan memungut pajak, dan
ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan.
Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867
ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada
Kaisar". Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal "restorasi"
kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki
kekuasaan yang signifikan.
Ada dua faktor yang menyebabkan
runtuhnya keshogonan yang pertama aspek luar negeri dan yang kedua aspek dalam
negeri.
a.
Aspek Luar
Negeri
Selama kurang lebih 250 tahun Jepang
menutup diri dari pengaruh luar. Jepang tidak menyadari adanya
kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri.
b. Aspek dalam
Negeri
Sejak
terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena
rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh
pemerintahan shogun, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum
memperoleh izin dari kaisar. Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan
kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo
Tozama.
3.2 Saran
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu penyusunan makalah tentang Masa Kemunduran
dan kemunduran Keshogunan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri. 2014. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568 – 1945. Jember
Sakamoto, Taro. 1992. Jepang Dulu dan Sekarang, terjemahan oleh Sylvia Tiwon. Gajah Mada
University Press :
Yogyakarta.
Agung S, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur II. Yogyakarta.
https:// file.upi.edu/Direktori/Keshogunan Tokugawa _ saripedia.com.htm
https:// file./Restorasi Meiji - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.htm